Senin, 31 Desember 2018

Ammar bin Yasir dan Aksi bela Utsman

CahayaDakwahNU.com~Kota Serang Baru
Ammar bin Yasir dan keluarganya yakni ayahnya yang bernama Yasir bin Amir serta ibunya yang bernama Sumayyah binti Khayyath merupakan jajaran para sahabat yang masuk dalam daftar pemeluk Islam yang awal-awal ( Assabiqun Al Awwalun), dan karenanya mengalami berbagai ujian dan penderitaan yang begitu dahsyat dalam mempertahankan keimanannya dari gangguan orang-orang musyrik Makkah.

Bahkan diantara sekian banyak para sahabat nabi Saw yang mendapatkan sisksaan paling pedih dan dahsyat selain Bilal bin Rabah, khabbab bin Arath dll adalah keluarga Ammar bin Yasir. Ibundanya Sumayyah merupakan wanitas syahid pertama dalam Islam yang mempertahankan keimanannya.

Pada suatu hari ketika Rasulullah Saw lewat di area penyiksaan keluarga Ammar, maka Rasulullah Saw melihat betapa hebatnya penderitaan yang dihadapi oleh keluarga Yasir, sementara beliau sendiri tidak mampu berbuat apa-apa selain mendoakan dan memberinya kabar gembira dengan sabdanya

صبرا ال ياسر فان موعدكم الجنة

" Sabarlah wahai keluarga Yasir, karena sesungguhnya tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah surga".

Setelah Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, maka kaum muslimin pun ikut berhijrah dan termasuk Ammar bin Yasir. Di Madinah Ammar bin Yasir mendapatkan kedudukan yang tinggi sampai-sampai Rasulullah memujinya dengan ungkapan :

ان عمارا ملئ ايمانا الي مشاشه

" Sesungguhnya Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya".

Dan waktu terjadi perselisihan antara Ammar dengan Khalid bin Walid, maka Rasulullah Saw bersabda

من عادي عمارا عاداه الله
" Barang siapa yang memusuhi Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah".

Maka setelah mendengar sabda nabi Saw tersebut, Khlaid bin Walid segera mendatangi Ammar dan meminta maaf.

Tidak lama setelah kaum muslimin tiba di Madinah, maka Rasulullah Saw dan para sahabatnya bahu membahu bekerja sama dalam membangun Masjid nabawi. Disela-sela pekerjaan membangun Masjid nabawi, Rasul melihat Ammar bin Yasir dan meminta agar Ammar mendekatinya. Setelah sudah saling berhadapan, maka dengan pandangan penuh kasih sayang dan dengan tangannya yang mulia,  Rasulullah mengipaskan debu-debu yang menutupi kepala Ammar. Diamatinya wajah Ammar yang penuh dengan keimanan tersebut seraya bersabda dihadapan para sahabat

ويح ابن سمية تقتله الفئة الباغية
" Sungguh malang, Ibnu Sumayyah ( Ammar ) ini kelak akan dibunuh oleh kelompok pembangkang".

Sabda Rasulullah Saw tersebut diulangi sampai tiga kali dan didengar oleh banyak para sahabat.

Ketika Hudzaifah ibnul Yaman seorang yang ahli rahasia dan bisikan gaib dan karenanya ia mendapat julukan "sahibu rirri rasulillah" ( pemegang rahasia rasulullah) sedang menghadapi ajalnya, maka kawan-kawannya berkumpul disekelilingnya dan menanyakan kepadanya : " Siapakah yang harus kami ikuti menurutmu jika terjadi pertikaian diantara ummat ...?
Maka Hudzaifah menjawab :

 عليكم بابن سمية.. فانه لن يفارق الحق حتى يموت"..

" Ikutilah oleh kalian Ibnu Sumayyah, karena sampai mati ia takkan berpisah dari kebenaran.."

Ketika kemudian Rasulullah Saw wafat, lalu disusul oleh Abu Bakar dan Umar, maka kepemimpinan ummat Islam dipegang oleh Utsman bin Affan. Pada masa kepemimpinannya inilah terjadi gonjang ganjing dan aksi demontrasi sampai pengepungan rumah Utsman bin Affan hingga akhirnya beliau terbunuh. Dengan terbunuhnya Utsman bin Affan ini maka timbullah mihnah ( fitnah) yang dahsyat ditengah-tengah kaum muslimin. Kaum muslimin kemudian mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah pengganti Utsman bin Affan. Ketika Ali bin Abi Thalib menjabat sebagai Khalifah, maka Ali dituntut oleh keluarga Muawiyah selaku saudara Utsman bin Affan untuk menegakkan qisas kepada para pembunuh Ustman. Namun langkah Ali bin Abu Thalib dianggapnya lamban oleh kalangan Muawiyah bin Abu Sufyan, hingga akhirnya memutuskan untuk memberontak kepada kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.

Lalu dimana posisi Ammar bin Yasir dalam pertikaian tersebut ? Ternyata Ammar bin Yasir bergabung dibarisan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang dalam pandangannya adalah pemimpin yang sah dan harus ditaati.

Maka sikap dukungannya kepada kepemimpinan yang sah yakni Ali bin Abi Thalib pun disampaikan di depan publik sembari berteriak

ايها الناس:
سيروا بنا نحو هؤلاء القوم الذين يزعمون أنهم يثأرون لعثمان، ووالله ما قصدهم الأخذ بثأره، ولكنهم ذاقوا الدنيا، واستمرءوها، وعلموا أن الحق يحول بينهم وبين ما يتمرغون فيه من شهواتهم ودنياهم..
وما كان لهؤلاء سابقة في الاسلام يستحقون بها طاعة المسلمين لهم، ولا الولاية عليهم، ولا عرفت قلوبهم من خشية الله ما يحملهم على اتباع الحق ...
وانهم ليخادعون الناس بزعمهم أنهم يثأرون لدم عثمان.. وما يريدون الا أن يكونوا جبابرة وملوكا؟ ...

" Wahai ummat manusia...!
Marilah kita berangkat menuju kelompok yang mengaku-ngaku hendak menuntut bela Ustman!
Demi Allah, maksud mereka bukanlah untuk bela Utsman, tetapi karena mereka telah merasakan manisnya dunia dan telah ketagihan terhadapnya, dan mereka mengetahui bahwa kebenaran itu menjadi penghalang bagi pelampiasan nafsu serakah mereka. Mereka bukan termasuk barisan para pendahulu yang memeluk Islam. Argumentasi apa yang mereka pakai sehingga merasa berhak untuk ditaati oleh kaum Muslimin dan diangkat menjadi pemimpin?. Dan tidak pula dijumpai dalam diri mereka perasaan takut kepada Allah yang mendorong mereka untuk mengikuti kebenaran..! Mereka telah menipu orang banyak dengan mengaku hendak bela atas kematian Utsman, padahal tujuan mereka yang sesungguhnya adalah ingin menjadi penguasa diktator ( yang ditaati semua rakyat).

Setelah menyampaikan maklumat dukungannya kepada barisan Khalifah Ali bin Abi Thalib, maka diambilnya bendera dan dianggkatnya tinggi-tinggi sembari terus memotivasi serta mayakinkan pasukan bahwa mereka berada dijalan yang hak.

Pertempuran antara pasukan Khalifah Ali dengan pasukan Muawiyyah pun akhirnya pecah dan dikenal dengan nama perang Siffin, dimana dalam pertempuran tersebut Ammar bin Yasir gugur sebagai Syahid ditangan pasukan Muawiyah dalam mempertahankan kebenaran .

Berita gugurnya Ammar bin Yasir pun tersebar luas dikalangan kaum muslimin dan sekaligus menunjukan kebenaran sabda Rasulullah Saw yang meramalkan bahwa Ammar bin Yasir akan gugur dibunuh pasukan pembangkang. Dengan gugurnya Ammar bin Yasir maka kaum muslimin akhirnya mengetahui siapa yang pembangkang dan siapa yang berada dijalan yang hak.

Memurut Ammar bin Yasir, kelompok yang mengklaim dan menerikakkan yel-yel bela Utsman tidak lain hanya kelompok yang haus jabatan semata, bukan semata-mata karena mengikuti kebenaran. Sebab dizaman Umar bin Khattab ketika ia menjabat sebagai Khalifah, maka Khalifah memecat Muawiyyah dari kursi gubernur Syam karena dianggap memperkaya diri selama menjabat sebagai gubernur.

Ketika Utsman bin Affan menjabat sebagai Khalifah, maka Utsman memgembalikan jabatan gubernur Syam kepada Muawiyah. Selama menjabat menjadi gubernur Syam, sebenarnya banyak keluhan dan aduan dari rakyat yang ditujukan untuk Khalifah Utsman. Namun sayangnya surat aduan tersebut tidak sampai ke tangan Khalifah karena disembunyikan oleh Marwan bin Hakam yang masih sepupu Muawiyah.

Qomari Arisandi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar