Rabu, 06 Februari 2019

Abbas bin Abdul Mutthalib, pembela Nabi yang cerdas

CahayaDakwahNU.com~Kota Serang Baru
Pada suatu musim kemarau diwaktu penduduk dan negri ditimpa kekeringan yang hebat, keluarlah Amirul Mu'minin Umar bin Khatthab bersama-sama kaum muslimin ke lapangan terbuka guna melaksanakan shalat istisqo agar Allah berkenan menurunkan rahmat dan hujan kepada mereka.

Umar berdiri sambil memegang tangan kanan Abbas dengan tangan kanannya, diangkatnya kearah langit sembari berdoa :

 اللهم انا كنا نسقى بنبيك وهو بيننا, اللهم وانا اليوم نستسقي بعم نبيك فاسقنا

" Ya Allah, sesungguhnya kami pernah memohon hujan kepada-Mu dengan perantara Nabi-Mu pada masa beliau berada ditengah-tengah kami, Ya Allah sekarang kami meminta hujan pula kepada-Mu dengan perantara paman Nabi-Mu, maka berilah kami hujan"

Belum lagi sempat kaum muslimin meninggalkan tempat mereka, datanglah awan tebal dan hujat lebat pun turun. Kaum muslimin menyambut hujan dengan penuh suka cita lalu mereka pun segera menemui Abbas, merangkul dan menciumnya serta mengambil berkah dengannya sembari berkata :

 هنئا لك....ساقي الحرمين

" Selamat kami ucapkan untuk anda wahai penyedia air minum Haramain ( Makkah dan Madinah)"

Siapakah dia penyedia air minum Haramain ini? dan siapakah orang yang dijadikan oleh Khalifah Umar sebagai perantara baginya kepada Allah?, padahal Umar sudah tak asing lagi bagi kita ketaqwaannya, lebih dahulunya masuk Islam, kedudukannya di sisi Allah dan Rasul-Nya serta di sisi kaum muslimin?

Ia adalah Abbas bin Abdul Muthhalib, paman Nabi Saw. Nabi Saw memuliakannya sebagaimana ia pun mencintainya, juga memujinya dan menyebut-nyebut kebaikan budi pekertinya, Sabda Nabi Saw :

هذه بقية آبائي
" Inilah orang tuaku yang masih tersisa"

Abbas adalah salah satu tokoh Quraisy yang mulia, paling pemurah dan ramah. Sebagaimana Hamzah, ia adalah paman Nabi Saw. Hal lain yang menyebabkan Nabi menempatkan Abbas ditempat utama ialah karena akhlak dan budi pekertinya. Ia seorang tokoh yang sangat cerdas, dan dengan kecerdasannya yang juga didukung oleh kedudukannya yang tinggi ditengah-tengah kaumnya dikalangan Quraisy, ia gunakan untuk membela dakwah Nabi Saw dari gangguna dan kejahatan orang-orang Quraisy.

Berbeda dengan Hamzah yang dalam membela Nabi secara terang-terangan dengan keberanian dan pedangnya sejak awal ia masuk Islam, maka Abbas membela dakwah Nabi Saw dengan kecerdasan dan kecerdikannya yang memberi manfaat bagi Islam sebagaimana halnya senjata pedang bermanfaat dalam membela haknya dan mempertahankannya.

Maka Abbas tidak mengumumkan keislamannya kecuali baru pada tahun pembebasan kota Makkah ( Fathu Makkah), dan hal ini yang menyebabkan sebagian ahli sejarah memandangnya sebagai orang yang tergolong belakangan masuk Islam. Tetapi banyak riwayat-riwayat lain yang menyebutkan bahwa Abbas termasuk orang yang masuk Islam angkatan pertama, hanya saja ia menyembunyikan keislamannya demi membela dan melindungi keponakannya yakni Nabi Saw.

Berkata Abu Rafi' khadam Nabi Saw

كنت غلاما للعباس بن عبد المطلب، وكان الاسلام قد دخلنا أهل البيت، فأسلم العباس، وأسلمت أم الفضل، وأسلمت وكان العباس يكتم اسلامه

" Aku adalah pelayan Abbas bin Abdul Mutthalib, dan waktu itu Islam telah masuk kepada kami, ahlul bait, maka Abbas pun masuk Islam dan begitu pula Ummul Fadhal ( Istri Abbas), dan aku pun juga masuk Islam, hanya saja Abbas menyembunyikan keislamannya".

Beradanya Abbas di Makkah sesudah Nabi Saw hijrah bersama para sahabatnya merupakan suatu langkah perjuangan yang sudah direncanakan dengan matang sehingga membuahkan hasil yang gemilang.

Orang-orang Quraisy Makkah sebenarnya tidak bisa menyembunyikan keragu-raguan mereka tentang hati kecil Abbas, hanya saja mereka tidak punya alasan untuk memusuhinya, apalagi dari sisi dzahirnya tingkah laku Abbas tidak bertentangan dengan kemauan mereka. Hingga akhirnya datanglah waktu perang badar, disinilah mereka punya kesempatan untuk menguji Abbas yang sesungguhnya, namun Abbas ternyata lebih cerdik dan tidak lengah apalagi terperdaya oleh tipu muslihat mereka.

Sekalipun Abbas telah berhasil menyampaikan keadaan dan gerak gerik orang-orang Quraisy kepada Nabi Saw di Madinah, orang-orang Quraisy pun berhasil memaksanya maju berperang melawan Nabi Saw dan kaum muslimin, suatu perbuatan yang tak disukai dan dikehendakinya. Namun keberhasilan kaum Quraisy itu hanya sementara, karena ternyata berbalik membawa kerugian dan kehancuran bagi mereka.

Akhirnya perang badar pun pecah, kaum muslimin dan kaum musyrik Makkah saling baku hantam demi meraih kemenangan. Pada saat perang sedang berlangsung, Nabi Saw berseru di tengah-tengah para sahabatnya :

ان رجالا من بني هاشم، ومن غير بني هاشم، قد أخرجوا كرها، لا حاجة لهم بقتالنا.. فمن لقي منكم أحدهم فلا يقتله ,ومن لقي البختري بن هشام بن الحارث بن أسد فلا يقتله ومن لقي العباس بن عبد المطلب فلا يقتله، فانه انما أخرج مستكرها"..

" Sesungguhnya ada beberapa orang dari keluarga Bani Hasyim dan yang selain dari Bani Hasyim keluar perang karena dipaksa, padahal mereka tidak punya kepentingan untuk memerangi kita, oleh sebab itu siapa saja diantara kalian yang menemukannya, maka janganlah membunuhnya, siapa yang bertemu Abbas, jangan memnunuhnya karena sesungguhnya ia keluar berperang sebab dipaksa".

Bukti keislaman dan pembelaan Abbas kepada Nabi Saw dapat kita jumpai dalam berbagai peristiwa yang bisa kita jumpai di kitab-kitab Sirah, diantaranya dalam peristiwa Baiat Aqabah kedua, peristiwa perang Hunain dan lain-lain. Ketika peristiwa Baiat Aqabah kedua, Abbas berkata lantang kepada orang-orang Yatsrib yang berniat  mengajak Nabi Saw untuk hijrah ke Yatsrib.

يا معشر الخزرج، ان محمدا منا حيث قد علمتم، وقد منعناه من قومنا فهو في عز من قومه ومنعة في بلده، وانه أبى الا النحياز اليكم واللحوق بكم..
فان كنتم ترون أنكم وافون له بما دعوتموه اليه، ومانعوه ممن خالفه، فأنتم وما تحملتم من ذلك..وان كنتم ترون أنكم مسلموه خاذلوه بعد خروجه اليكم، فمن الآن فدعوه"..

" Wahai golongan Khazraj, anda sekalian telah mengetahui kedudukan Muhammad di sisi kami, kami telah membelanya dari kejahatan kaum kami, sedang ia mempunyai kemuliaan ditengah-tengah kaumnya dan kekuatan di negrinya,  Tetapi ia enggan bergabung dengan mereka, bahkan ia bermaksud ikut kalian dan hidup bersama kalian. Seandainya kalian benar-benar hendak menunaikan apa yang telah kalian janjikan kepadanya dan siap membelanya terhadap orang-orang yang memusuhinya, silahkan kalian memikul tanggung jawab tersebut !, tapi jika kalian bermaksud akan menyerahkan dan mengecewakannya sesudah ia bergabung bersama kalian, maka  lebih baik tinggalkan ia sekarang!".

Abbas mengucapkan kata-katanya yang tajam lagi keras dengan sorotan mata yang tajam kepada orang-orang dari Yatsrib tersebut, semata-mata karena kecintaan dan pembelaannya terhadap Nabi Saw, ia tidak rela jika setelah ia menyerahkan keponakannya kepada kelompok lain kalau hanya untuk disakiti.

Itulah Abbas paman Nabi Saw, seorang yang mulia dengan akhlaknya, sifatnya yang ramah dan pemurah sekaligus pembela Nabi Saw dengan kecerdasan dan kecerdikannya.

Maka kita warga Nahdlatul Ulama bisa mengambil Ibrah dari keteladanan Abbas RA dalam berjuang di NU. Bagi yang merasa pas dan sesuai dengan ketegasan dan keterbukaannya dalam mensyiarkan NU secara terang-terangan, maka itu baik. Begitupun bagi mereka yang mendakwahkan NU secara sembunyi-sembunyi dan pelan-pelan karena melihat situasi, lingkungan dan kondisi sosial masyarakatnya yang belum memungkinkan, maka itu juga baik. Yang terbuka dan terang-terangan seperti Hamzah RA, dan yang hati-hati dan soft seperti Abbas RA, dan semuanya baik.Yang tidak baik itu yang mengklaim orang NU tapi sinis dan benci NU.

Sumber rujukan kitab Rijal Haular Rasul karya Syaikh Kholid Muhammad Khalid

Qomari Arisandi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar