Selasa, 18 Desember 2018

Anak dari dua orang yang disembelih

CahayaDakwahNU.com~Kota Serang Baru
Setelah Abdullah bebas dari penyembelihan dan diganti dengan 100 ekor onta karena nadzar ayahnya ( Abdul Muthalib), maka beberapa hari kemudian ia menikahi gadis cantik yang paling mulia nasabnya dari kalangan Quraisy yang berasal dari Bani Zuhrah, dialah Aminah binti Wahb.

Namun tidak lama setelah menikah, Abdullah pun harus pamit meninggalkan istrinya karena harus ikut kafilah dagang yang hendak berangkat menuju Syam. Maka dengan berat hati Aminah yang baru saja menikmati indahnya hidup berumah tangga itu pun terpaksa harus melepaskan sang suaminya untuk waktu tertentu. Hari-hari Aminah setelah ditinggal sang suami tercinta selalu diisi dengan kesendirian, berteman dengan kesedihan, senantiasa memikirkan,  merindukan serta mendoakan suami tercinta  berharap segera pulang dan hidup bersama kembali melanjutkan mahligai rumah tangga nan bahagia. Hingga kabar itu pun akhirnya datang, Abdullah suaminya meninggal di Yatsrib dalam perjalanan pulang menuju Mekah dan dikuburkan disana juga.

Betapa sedih hati Aminah karena harus ditinggalkan oleh sang suami tercinta begitu cepatnya dalam kondisi hamil muda. Penantiannya sekalian lama tidak berbuah keindahan, namun justru kian menambah kepiluan dan kesedihan yang kian mendalam.

Ketika usia kandungan sudah matang dan tiba saatnya waktu melahirkan, maka Aminah melahirkan seorang bayi mulia yang diberi nama Muhammad dalam keadaan yatim. Semua penduduk Mekah bahkan seluruh makhluk bersuka cita menyambut kelahiran sang bayi . Masa kecil sang bayi pun tidak lama ia lalui bersama ibunda kandungnya, karena harus ikut bersama ibu susuannya di pedalaman Bani Sa'ad yang  bernama Halimah. Maka masa balita Muhammad kecil justru jauh dari Ibunya, kakek dan keluarga tercintanya.  Baru setelah berusia 4 tahun Muhammad kecil diserahkan oleh Halimah kepada ibunda tercintanya di Mekah, yakni Aminah.

Ketika Sang Yatim Muhammad usianya menginjak 6 tahun, maka sang ibu tercinta mengajaknya ke Yatsrib ( Madinah ) guna berziarah makam ayahnya di perkampungan Bani Najjar suku Khazraj Yatsrib. Muhammad kecil dan ibundanya berada di Yatsrib kurang lebih sekitar 1 bulan dan tinggal dirumah paman2 beliau dari jalur kakeknya, karena kakeknya, Abdul Muthalib itu anak dari Salma bin Amr salah seorang wanita mulia dari Bani Najjar Yatsrib.

Setelah dirasa cukup bermukim di Yatsrib, maka Aminah mengajak pulang anak semata wayangnya yg sangat dicintainya itu. Ketika dalam perjalanan pulang dan sampai diantara Yatsrib dan Mekah, maka Aminah meninggal didaerah padang pasir tepatnya di daerah Abwa. Betapa sedih yg tiada terkira hati Muhammad kecil karena ditengah perjalanan ditinggal pergi oleh ibunda tercintanya untuk selama lamanya. Ibunda yang selama ini mengasihinya dengan sepenuh hati meninggal didepan matanya tanpa bisa berbuat apa-apa selain menangisinya. Sungguh sangat memilukan, ditengah perjalanan yang melelahkan dan penuh tantangan, Muhammad kecil harus menerima ujian berat dengan perginya sang ibunda tercintanya. Dalam usia yang belum sampai 7 tahun tsb, Muhammad kecil sudah menjadi yatim piatu, tidak memiliki ayah dan ibu.

Itulah masa kecil kehidupan Nabi kita Saw yang beliau lalui dengan penuh duka dan penderitaan karena harus ditinggal pergi oleh orang2 yg sangat mencintai dan dicintainya disaat beliau masih kecil. Beliaulah anak dari dua orang yang sedianya akan disembelih untuk dikurbankan sebagai bentuk pengabdian kepada Allah Swt, yakni Nabi Ismail dan Abdullah, sehingga kelak beliau mengatakan 
انا ابن الذبيحين
" Aku adalah anak dari dua orang yang disembelih"

Mungkin sudah menjadi sunatullah bahwa setiap insan yang akan mendapatkan kemuliaan di masa mendatang, Maka harus siap berkorban dan menanggung kesulitan dan penderitaan terlebih dahulu, dan terkadang penderitaan dan pengorbanan sudah mulai dirasakan dari orang tua dan para pendahulunya. Berakit-rakit dahulu, berenang ketepian .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar