Selasa, 18 Desember 2018

Fitnah yang timbul akibat berpindahnya kiblat kaum muslimin

CahayaDakwahNU.com~Kota Serang Baru
Selama Nabi Saw dan kaum muslimin berada di Makkah dan awal-awal berada di Madinah, beliau shalat menghadap ke Baitul Maqdis Palestina sebagai kiblatnya. Hal itu disebabkan karena Baitul Maqdis merupakan tempat yang suci dan tidak ada ritual kesyirikan disana. Berbeda dengan ka'bah di Makkah yang kala itu menjadi sentral penyembahan berhala kaum musyrikin karena disekeliling ka'bah bertebaran berhala-berhala mereka.

Setelah Nabi Saw dan kaum muslimin hijrah ke Madinah dan menetap selama enam belas bulan ( versi kitab Nurul Yaqin), maka terjadi perubahan arah kiblat kaum muslimin, dari yang tadinya menghadap Baitul Maqdis, berubah menghadap Ka'bah di Makkah. Perubahan kiblat kaum muslimin tersebut terjadi karena pada dasarnya Nabi Saw memang menginginkan hal tersebut, beliau berulang kali menengadahkan wajahnya ke langit dan berdoa kepada Allah agar wahyu turun dan Alloh pun akhirnya mengabulkan.  Perubahan arah kiblat ini pada akhirnya memicu terjadinya fitnah bagi sebagian kecil kaum muslimin yang imannya lemah.

Dalam kitab Sirah Nurul Yaqin Karya Syaikh Muhammad Khudlari disebutkan

مكث عليه الصلاة والسلام بالمدينة ستة عشر شهرا يستقبل بيت المقدس في صلاته «٢» وكان يحب أن تكون قبلته الكعبة ويقلب وجهه في السماء داعيا الله بذلك. فبينما هو في صلاته إذ أوحى الله إليه بتحويل القبلة إلى الكعبة فتحول وتحول من وراءه. وكانت هذه الحادثة سببا لافتتان بعض المسلمين الذين ضعفت قلوبهم فارتدوا على أعقابهم، وقد أكثر اليهود من التنديد على الإسلام بهذا التحويل، وما دروا أن لله المشرق والمغرب يهدي من يشاء إلى صراط مستقيم.

" Nabi Saw menetap di Madinah selama 16 bulan dan dalam shalatnya selalu menghadap Baitul Maqdis. Nabi Saw sebetulnya menginginkan agar kiblatnya menghadap ke arah ka'bah (Masjidil Haram) dan karenanya beliau Saw senantiasa menengadahkan wajahnya ke langit seraya berdoa kepada Allah Swt. Maka ketika beliau Saw sedang shalat, Alloh menurunkan wahyu berupa perintah perpindahan arah kiblat, maka seketika Nabi Saw merubah arah kiblatnya ( ke ka'bah) dan  orang-orang yang makmum dibelakang beliau pun mengikutinya. Perubahan arah kiblat ini ternyata menjadi sebab timbulnya fitnah bagi sebagian kaum muslimin yang lemah imannya, maka mereka pun kembali murtad. Adapun kebanyakan orang-orang yahudi maka mereka melancarkan kecaman keras terhadap kaum muslimin atas perubahan arah kiblat tersebut, mereka tidak tau bahwa milik Alloh lah timur dan barat, dan Alloh memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dikehendakinya".

Kalau kita coba memetik hikmah dari peristiwa diatas adalah, bahwa terkadang kebijakan seorang pemimpin, panutan atau tokoh meskipun muaranya adalah untuk kemashlahatan agama dan ummat, ternyata kerap kali disalah fahami oleh sebagian pengikutnya yang mungkin tingkat keimanannya masih rendah dan belum matang dari sisi intelektualitasnya, Sehingga terkadang merekapun pun kontra dengan kebijakan yang diambil oleh sang pemimpin / ketua, bahkan bukan hanya sampai disitu ia pun  keluar dari barisan kelompok tersebut karena beranggapan pemimpinnya telah melakukan sebuah penyimpangan dan kesalahan yang cukup serius, padahal bisa jadi itu karena kedangkalan pemahamannya sehingga tidak mampu menangkap tujuan sebenarnya dari sebuah kebijakan yang diambil oleh pemimpinnya. Dan inilah yang sering terjadi dikomunitas Nahdlatul Ulama dari dulu hingga sekarang.

Hanya kaum muslimin yang imannya kuat saja yang tetap komitmen dan konsisten terhadap  keislamannya serta taat pada semua kebijakan yang diambil atau datang melalui Nabi Saw. Dan hanya Nahdliyyin yang betul-betul Nahdliyyin saja yang tetap berpegang teguh dalam identitas keNUan nya dan tidak mudah terkontaminasi dan terprovokasi oleh " gorengan" yang sengaja dibuat oleh orang-orang diluar NU.

Adapun ayat tentang perpindahan arah kiblat kaum muslimin tersebut adalah sebagai berikut

قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ۗ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu (muhammad)  menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. ( Al-Baqarah :144)

والله اعلم

Qomari Arisandi Assirri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar