Selasa, 18 Desember 2018

Asal usul kaum radikal

CahayaDakwahNU.com~Kota Serang Baru
Penaklukan kota makkah ( Fathu Makkah ) merupakan hasil paling penting yg diraih oleh kaum muslimin pada tahun 8 H. Hal itu disebabkan karena kaum Quraisy Makkah dimata bangsa arab kala itu merupakan kiblat dalam beragama mereka. ketika Makkah berhasil ditundukan, maka hal tsb menjadi sebuah pukulan telak yg dirasakan oleh bangsa arab yang yang masih bercokol diluar Makkah. Maka berbagai kabilah diluar Makkah yang enggan tunduk dibawah dominasi kekuatan Islam segera menggalang kekuatan untuk menggempur kaum muslimin. Beberapa kabilah besar yg terlibat diantaranya Hawazin, Tsaqif dan beberapa suku lain yang masih cukup militan. Setelah berhasil menggalang kekuatan, maka mereka bergerak menuju Makkah untuk menyerang habis kaum muslimin.

Mendengar berbagai kabilah arab bersekutu dibawah kendali Hawazin dan Tsaqif yg hendak memadamkan cahaya dakwah Islam, maka Nabi Saw memerintahkan segenap pasukan kaum muslimin agar segera menyongsong dan menghadapi mereka, sehingga akhirnya terjadilah pertempuran sengit di lembah Hunain, dan peristiwa ini terkenal dengan nama perang Hunain.

Kaum muslimin atas izin Allah akhirnya mampu mengalahkan musuh dan membuat mereka kocar kacir dan lari tunggang langgang. Dalam peperangan ini kaum muslimin berhasil mendapatkan harta rampasan perang yg sangat banyak, yakni enam ribu orang tawanan, dua puluh empat ribu onta, empat puluh ribu domba dan lebih dari empat ribu uqiyah /ons perak .

Harta rampasan tsb kemudian dikumpulkan dan dibawa ke Ji'ranah. Setelah selesai pengepungan Thaif, maka harta rampasan tsb dibagikan kepada kaum muslimin. Dalam pembagian harta rampasan ini Nabi Saw lebih mengutamakan kaum muallaf makkah yang baru saja masuk islam agar mereka kuat keimanannya, sehingga masing dari mereka khususnya para pembesarnya mendapatkan bagian yang sangat besar, sementara kaum muslimin ansor sama sekali tidak mendapatkan bagian. Hal tsb sengaja Nabi lakukan karena kaum Ansor sudah kuat imannya, sehingga Nabi lebih memprioritaskan orang2 muallaf.

Karena orang-orang ansor tidak mendapatkan bagian dari harta rampasan, maka sempat muncul kegaduhan, namun segera bisa diatasi oleh Nabi Saw sehingga mereka pun akhirnya dapat menerima kebijakan yang ditetapkan oleh Nabi Saw. Namun tiba-tiba saja muncul seseorang dari Bani Tamim yang bernama Dzul Khuwaisirah yang memprotes kebijakan Nabi Saw.

Dalam sirah nabawiyah Ibnu Hisyam disebutkan

قال ابن إسحاق: وحدثني أبو عبيدة بن محمد بن عمار بن ياسر، عن مقسم أبي القاسم، مولى عبد الله بن الحارث بن نوفل، قال: خرجت أنا وتليد بن كلاب الليثي، حتى أتينا عبد الله بن عمرو بن العاص، وهو يطوف بالبيت، معلقا نعله بيده، فقلنا له: هل حضرت رسول الله صلى الله عليه وسلم حين كلمه التميمي يوم حنين؟ قال: نعم، جاء رجل من بني تميم، يقال له ذو الخويصرة، فوقف عليه وهو يعطي الناس، فقال: يا محمد، قد رأيت ما صنعت في هذا اليوم، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: أجل، فكيف رأيت؟ فقال: لم أرك عدلت، قال:
فغضب النبي صلى الله عليه وسلم، ثم قال: ويحك! إذا لم يكن العدل عندي، فعند من يكون! فقال عمر بن الخطاب: يا رسول الله، ألا أقتله؟ فقال لا، دعه فإنه سيكون له شيعة يتعمقون في الدين  حتى يخرجوا منه كما يخرج السهم من الرمية

" Ibnu Ishak berkata : Abu Ubaidah bin Muhammad bin Ammar bin Yasir berkata kepadaku dari Miqsam Abul Qasim mantan budak Abdullah bin Al Harits bin Naufal yang berkata : " Aku dan Talid bin Kilab Al Laitsi berjalan hingga bertemu Abdullah bin Amr bin Al Ash yg ketika itu sedang thawaf dan mengikatkan sandalnya di tangannya. Kami berdua berkata kepada Abdullah bin Amr, apakah engkau hadir di tempat Rasulullah Saw ketika At Tamimi berkata kepada beliau di perang Hunain ? Abdullah bin Amr berkata : Ya, salah seorang dari Bani Tamin bernama Dzul Khuwaisirah datang kepada Nabi Saw kemudian berdiri di tempat beliau membagi-bagikan rampasan perang kepada manusia. Dzul khuwaisirah berkata : Hai Muhammad, aku sudah tau apa yg engkau perbuat pada hari ini. Rasulullah Saw bersabda : ya, apa pendapatmu ?, Dzul Khuwaisirah berkata : "aku melihatmu tidak adil". Rasulullah Saw bersabda, celakau engkau, jika keadilan tidak berasal dariku, maka berasal dari siapa ?. Umar bin Khattab berkata, wahai Rasulullah, izinkan aku membunuh orang ini?. Rasulullah Saw bersabda, jangan, biarkan dia, karena dia memiliki pengikut yang mempelajari agama namun kemudian keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari busurnya".

Riwayat diatas juga banyak terdapat dalam kitab-kitab Hadits diantaranya Bukhari dan Muslim dengan redaksi yang sedikit berbeda.

Setelah Dzul Khuwaisirah pergi, maka Nabi Saw bersabda :

إِنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا قَوْمٌ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ رَطْبًا لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ

Akan keluar dari keturunan orang ini suatu kaum yang senantiasa membaca Al-Qur'an, namun  tidak melewati kerongkongan mereka ( tidak difahami dan dihayati maknanya). Mereka keluar dari agama sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya (Diriwayatkan oleh Al-Bukhaari no. 4351)

Berdasarkan keterangan diatas maka dapat kita mengambil pelajaran bahwa orang yang merasa paling benar dengan pemahaman agamanya hingga begitu mudahnya menyalahkan orang lain ternyata sudah ada sejak zaman Nabi Saw, bahkan orang sekelas Nabi Saw saja yang padahal Nabi dan pemimpinnya masih salah dalam pandangan orang - orang seperti Dzul Khuwaisirah ini. Dan Nabi sudah mengingatkan kepada kita bahwa kelak akan muncul anak turunan atau pengikut dari Dzul Khuwaisirah ini, yakni orang-orang yang merasa paling benar pemahaman agamanya sehingga dengan mudahnya menyalahkan kaum muslimin lainnya yang berbeda pandangan dengannya.

Orang-orang yang mengikuti faham Dzul Khuwasirah ini kapan dan dimanapun akan senantiasa menebarkan stigmatisasi dan  justifikasi kepada orang2 diluar kelompoknya. Tidak pandang apakah yg diaesatkannya adalah orang awam atau Ulama,  Dan ini tidak mengherankan, sebab jangankan Ulama, Nabi Saw yang ma'shum saja  masih dianggap salah oleh orang seperti Dzul Khuwaisirah.

Dan dalam perjalanan sejarah Islam selanjutnya, maka khalifah yang ke empat yakni Sayyidina Ali pun dibunuh oleh pengikut atau penganut pemahaman Dzul Khuwasirah ini.

Semoga menjadi bahan pelajaran bagi kita agar jangan merasa paling benar sendiri dan selalu menyalahkan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar