Jumat, 21 September 2018

Nabi Muhammad Saw dan doa empat ribu tahun

CahayaDakwahNU.com~ Kota Serang Baru
Suatu hari para sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, " Ya Rasulullah, ceritakanlah kepada kami tentang dirimu". Maka Rasulullah Saw menjawab: " Aku hanyalah doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim As".

Doa yang di panjatkan Nabiyullah Ibrahim itu berumur 4.000 tahun, ia melintas memgarungi zaman, sejak lembah Makkah yang sunyi hanya dihuni oleh Nabi Ismail As dan ibundanya hingga saat 360 berhala telah memenuhi ka'bah disekelilingnya. Doa itu adalah ketulusan seorang moyang untuk anak cucunya. Didalamnya terkandung cinta agar orang yang berhimpun bersama keturunannya didekat rumah Allah itu terhubung dan terbimbing dari langit oleh cahaya petunjukNya. Doa itu adalah sebagai berikut :

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana". ( QS.Al Baqarah 129)

Kata adalah sepotong hati, maka doa adalah setetes ruhani. Ia disuling dari niat yang ikhlas, haru, penuh ketundukan,  kerendah dirian dan pengagungan akan kebesaran Allah.

Dari doa itulah kita belajar bahwa yang terpenting bukan seberapa cepat sebuah munajat dijawab, melainkan seberapa lama ia memberikan manfaat. Empat ribu tahun itu memang lama dan panjang, tapi bandingkanlah dengan hadirmya seorang Rasul yang tak hanya diutus untuk penduduk makkah saja, melainkan untuk seluruh alam, menjadi rahmat bukan hanya untuk anak dan turunannya saja, tapi untuk semesta alam.

Umar bin khattab pernah berkata: " aku tak pernah mengkhawatirkan apakah doaku akan dikabulkan atau tidak, sebab setiap kali Allah mengilhamkan hambaNya untuk berdoa, maka Dia sedang berkehendak untuk memberi karunia, yang aku khawatirkan adalah jika aku tidak berdoa".

Maka takkan terasa manisnya kehambaan, hingga kita merasa bahwa bermesraan dengan Allah dalam doa adalah yang lebih penting dari pengabulannya. Takkan terasa lezatnya ketaatan, hingga kita lebih mencintai Dzat yang mengijabah permintaan kita, dibanding wujud dari pengabulan itu sendiri.

Pengurus Ranting Istimewa NU Kota Serang Baru ( PRINU KSB )
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar