Kamis, 11 Oktober 2018

Mengemudi hati di jalan yang lurus

CahayaDakwahNU.com~Kota Serang Baru
Membaca surat al-Fatihah merupakan salah satu rukun dalam shalat. Tidak sah shalat kita tanpa membaca Surat al Fatihah di tiap rakaatnya. Dan dalam 7 ayat surat al Fatihah ini setelah kita memuji, memuliakan dan mengagungkan Alloh, dengan tunduk kita memohon karunianya, yakni meminta agar dikaruniakan jalan yang lurus, tepatnya pada ayat yang ke 6.  Kita membacanya setiap hari minimal 17 kali. Bunyi ayat tersebut adalah :
اهدنا الصراط ااستقيم
"Dan tunjukanlah kami jalan yang lurus"

Terjemah itu mungkin membuat sebagian kita membayangkan bahwa jalan lurus itu adalah jalan yang bagus, lurus, halus dan mulus. Kita mengira bahwa ia adalah jalan yang bebas hambatan dan tiada sesak, tanpa rintangan dan tanpa onak. Kita menyangka bahwa di jalan itu segala keinginan terkabul, setiap harapan terwujud, dan semua kemudahan dihamparkan.

Frasa " jalan yang lurus" membuat kita mengharapkan jalur yang tanpa deru dan tanpa debu. Maka kita kadang lupa, bahwa penjelasan tentang jalan yang lurus itu tepat berada diayat berikutnya. Jalan lurus itu ialah jalannya orang-orang yang telah diberi nikmat, bukan jalannya orang-orang yang engkau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.

Maka membentanglah Al Qur'an sepanjang 113 surat setelah Al Fatihah untuk memaparkan bagi manusia jalan orang-orang yang telah diberi nikmat itu, yakni jalannya Nabi Adam dan Hawa, jalan Nabi Nuh, Nabi Hud dan Nabi Shalih, jalan Nabi Ibrahim hingga Nabi Ya'kub dan keluarga, jalan Nabi Musa dan Harun, Jalan Nabi Dawud dan putranya, Jalan Nabi Ayyub dan Nabi Yunus, jalan Nabi Zakaria dan Nabi Yahya, Maryam dan Nabi Isa. Jalan indah itu sesekali dihambat oleh jalan mereka yang dimurkai dan sesat, jalan Iblis, fir'aun hingga samiri dan Qarun.

Cerita kehidupan Nabi Adam hingga Isa berkelindan, mengokohkan cipta, rasa dan karsa Sang Rasul terakhir dan ummatnya yang bungsu. Kisah mereka bertautan, melahirkan makna-makna yang menguatkan iman dan perjuangan Sang Nabi terakhir dan pengikutnya dalam menghadapi kekejaman Abu Jahal, Abu Lahab, hingga Uqbah bin Abi Mu'ith. Maka jalan lurus itu sesungguhnya tidak sepi dari ujian dan cobaan. Nabi Adam As diuji oleh Alloh dengan dikeluarkannya dari surga dalam keadaan terpisah dengan Ibunda Hawwa. Nabi Nuh As mendapatkan penolakan dari kaumnya dalam dakwahnya hingga dakwah selama 8500 tahun siang dan malam hanya mendapatkan pengikut sekitar 80 orang saja. Nabi Musa As, dikejar dan hendak dibunuh oleh para pengikut Fir'aun. Hingga Nabi kita Muhammad Saw, selama 23 tahun dalam perjalanan dakwahnya selalu menemui rintangan dan ujian, mulai dari dibenci oleh kaumnya, dilempari kotoran hingga batu, difitnah, diboikot hingga hendak dibinasakan oleh orang-orang kafir Quraisy. Demikian pula yang dialami oleh para sahabat beliau, semuanya mendapatkan ujian dan tantangan yang sangat berat dari kaum kuffar Quraisy sampai pernah berhijrah dua kali, Habasyah dan Madinah. Itulah jalan lurus yang ditempuh oleh orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah Swt, sebuah jalan yang penuh perjuangan, bukan jalan yang mulus dan sunyi dari rintangan.

وان الله ربي وربكم فاعبدوه هذا صراط مستقيم

Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus ( QS.Maryam : 36)

Jalan yang lurus itu diikat oleh satu hakikat, yakni beribadah hanya kepada Alloh satu-satunya, tiada sekutu bagiNya. Bahwa didalamnya ada nestapa dan derita, ia hanya penggenap bagi kebersamaan dan cinta. Bahwa didalamnya ada kehilangan dan duka, ia hanya penguat bagi sikap syukur dan menerima. Bahwa didalamnya ada pedih dan duka, aia hanya penyempurna bagi nikmat dan mulia.

Qomari Arisandi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar