Selasa, 02 Oktober 2018

KH.Bisyri Sansuri, sosok Ulama yang teguh memegang prinsip, lentur dalam bersikap

CahayaDakwahNU.com~Kota Serang Baru
Sosok KH Bisri Syansuri tidak dapat dipisahkan dari gerak nadi Nahdlatul Ulama. Demikian pula kiprah dan pemikirannya turut menentukan perjalanan negeri ini. Karena itu, keberadaannya tidak semata menjadi milik Pesantren Denanyar, juga NU dan bangsa Indonesia.

Demikian benang merah yang dapat dipetik dari manakib atau biografi KH Bisri Syansuri  yang dibacakan H Irsyad Yusuf pada puncak haul di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang, Selasa (28/3) malam.

Menurut Bupati Pasuruan ini, kelebihan dari pribadi Kiai Bisri adalah ketegasan dalam bersikap, namun juga lentur dengan dinamika yang terjadi. Hal tersebut ditunjukkan antara lain dengan pandangannya terkait peristiwa pemilihan umum pada 1955, yang kala itu mendaulatnya sebagai wakil rakyat untuk mewakili Jawa Timur.

"Kiai Bisri sangat menjunjung kepentingan umat dan memperjuangkan umat karena terpilih sebagai anggota DPR dari suara rakyat," kata Irsyad di hadapan para ulama, kiai dan undangan, termasuk Rais ‘Aam PBNU KH Ma'ruf Amin tersebut.

Ketegasannya sangat terlihat manakala dikeluarkan Dekrit Presiden tahun 1959 yang membubarkan DPR dan MPR yang menggantikan dengan DPRS dan MPRS. "Peristiwa ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, termasuk NU," kata dzurriyah Kiai Bisri ini.

Sebagian kelompok NU yang dipelopori Kiai Bisri dan diikuti Dahlan, Imron Rosyadi, serta KH Ahmad Shiddiq menganggap keberadaan DPRS dan MPRS sebagai antidemokrasi. Hal itu berbeda dengan pendapat KH Abdul Wahab Chasbullah yang justru menerima. "Jika tidak menerima keputusan Presiden, tidak akan ada tempat untuk menyalurkan aspirasi warga Nahdliyin," katanya.

Kendati terjadi perbedaan prinsip dengan Kiai Wahab tersebut, ternyata Kiai Bisri menerima. Hal itu dibuktikan dengan mempersilakan anggota Konstituante  dari hasil Pemilu 1955untuk menerima sebagai anggota DPRS dan MPRS. "Alasannya Kiai Wahab adalah pimpinan tertinggi dalam Partai NU," ungkapnya. Sikap toleransi Kiai Bisri kian terlihat kala putrinya, Hj Solihah yang lebih memilih mendukung Kiai Wahab untuk bergabung di parlemen bentukan presiden.

Sosok Kiai Bisri dikenal tegas dalam memegang fikih, namun lentur saat bersikap. Hal tersebut sekaligus sebagai kritik atas sikap yang mengemuka akhir-akhir ini, dimana banyak kalangan dengan mudah mengklaim kelompok lain sebagai Syiah, liberal, Wahabi bahkan kafir.
"Kiai Bisri adalah sosok yang mengedepankan sikap toleran dan husnuddzan atau berprasangka baik kepada sesama manusia, terlebih kepada muslim," katanya.

Sejumlah tokoh hadir pada puncak haul Kiai Bisri ini. Tampak KH Ma'ruf Amin, KH Miftachul Akhyar (Wakil Rais ‘Aam), KH Said Aqil Siroj (Ketua Umum PBNU), H Saifullah Yusuf (Wakil Gubernur Jatim), KH Anwar Manshur (Rais PWNU Jatim), H Muhaimin Iskandar (Ketua Umum DPP PKB), H Abdul Halim Iskandar (Ketua DPRD Jatim), Nyono Suharli Wihandoko (Bupati Jombang), dan sejumlah pengasuh pesantren di Jatim.

(Ibnu Nawawi/Abdullah Alawi/NU Online)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar