Selasa, 08 Mei 2018

Antara NU dan Nahdliyyin

NUKotaSerangBaru.com-Bekasi
NU adalah ormas Islam yang didirikan oleh para ulama Nusantara melalui istikhoroh untuk menjaga dan membentengi faham ahlussunnah wal jama'ah dari faham-faham keagamaan di luar aswaja yang kala itu mulai merambah dan tersebar di nusantara. Berdasarkan AD/ART, dalam aqidah NU menganut faham Asy'ariyyah dan Maturidiyyah, dalam fiqih NU mengikuti empat madzhab, sedangkan dalam tasawuf NU mengikuti Imam Ghazali dan Syaikh Junaid al Baghdadi. Maka kalau kita melihat NU berdasarkan rumusan AD/ART, proses pendirian hingga para pendirinya yang merupakan para kekasih Alloh dan memiliki sanad keilmuan hingga sampai ke Rosulullah SAW, maka insya Alloh kebenaran ajaran NU bisa dipertanggung jawabkan sampai hari kiamat.

Adapun Nahdliyyin adalah sebutan untuk orang-orang yang mengikuti ajaran NU. Orang Nahdliyyin yang tersebar diberbagai penjuru nusantara memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dalam hal pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya, juga berbeda-beda tingkat kesungguhan dan ghiroh/semangat nya dalam memahami dan mengamlkan ajaran NU. Oleh karena itu maka pemahaman dan pengamalan seorang Nahdliyyin terhadap ajaran NU itu bisa berbeda-beda dan tentunya tidak muthlak kebenarannya bahkan bisa jadi ada yang salah karena sifatnya hanya sebatas  ijtihadi.

Namun bukan berarti ketika kita melihat ada Nahdliyyin yang pemahaman dan prilakunya yang  mungkin melenceng dari ajaran NU, maka lantas membuat kita menyalahkan NU serta meninggalkannya, karena antara NU dan Nahdliyyin adalah dua hal berbeda yang mustinya disikapi secara tepat, bijak dan proporsional. Sebab dewasa ini tidak sedikit orang yang tidak bisa membedakan antara NU dan Nahdliyyin, bahkan dikalangan para pemuka agama sekalipun. Mereka mengklaim sebagai orang NU namun dengan mudah berpindah haluan dan meninggalkan NU hanya karena di NU ada orang yang dianggapnya sudah tidak sesuai dengan ajaran NU baik secara pemahaman maupun prilaku, padahal ini pun baru sebatas asumsi yang perlu dibuktikan, sebab tidak jarang dizaman sekarang orang begitu mudah mengambil kesimpulan secara dangkal dan prematur dalam menilai dan menjudge seseorang hanya berdasarkan  informasi yang belum jelas dan tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. 

Semestinya sikap kita dalam menilai NU dan Nahdliyyin itu sama seperti sikap kita dalam menilai antara Islam dan Muslimin. Islam adalah agama yang ajarannya  bersumber dari Dzat yang maha benar, sehingga kebenaran ajaran Islam bersifat final dan absolut tanpa bisa di tawar-tawar lagi. Lain Islam lain pula muslimin, Jika kebenaran ajaran Islam bersifat pasti, maka pemahaman dan pengamalan seorang muslim terhadap ajaran Islam bersifat subyektif dan belum tentu benar, bahkan tidak sedikit dari ummat Islam bahkan termasuk pemuka agamanya yang pemahaman, sikap dan prilakunya tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, misalnya suka menteror, korup, berbuat dzalim kepada sesama, suka mengadu domba, suka mencela, gemar memfitnah dan membuat atau menyebarkan hoax dan lain sebagainya.

Tapi apakah hanya karena ada oknum dari ummat Islam yang entah pemahaman dan prilakunya tidak sesuai dengan ajaran Islam lantas membuat kita menyalahkan agama Islam, menganggap Islam agama yang tidak baik dan lantas meninggalkannya ?
Sungguh betapa sempit, picik dan naif jika ada seorang muslim yang berfikir seperti itu, dan hal tersebut menujukan bahwa orang tersebut tidak faham tentang Islam yang sebenarnya, dan juga tidak bisa membedakan antara Islam dan Muslim.

Begitu juga ketika ada orang yang meninggalkan dan bahkan mencela NU hanya karena di NU ada orang-orang yang dianggapnya sudah tidak sesuai dengan ajaran NU, maka ini menunjukan betapa sempitnya cara pandang orang tersebut, sekaligus menunjukan betapa orang tersebut tidak yakin dengan kebenaran ajaran NU, serta tidak faham tentang NU yang sesungguhnya walaupun ia mengklaim diri sebagai orang NU .

Qomari Arisandi, S.Pd.I
A'wan Pengurus Ranting Istimewa NU Perum Kota Serang Baru Bekasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar